Way of God (Antara Saya, Bunda, dan Penjual Celengan)
Hari ini subhanallah! Allah ngasih banyak kebahagiaan pada Saya, hamba-Nya yang masih seringkali melalaikan perintah-Nya. Pertama, nonton bareng anak-anak 9i yang rame abis. Seneng-seneng teriak waktu nonton 'Drag Me to Hell'. Kedua, sepatu baru dari bunda yang harganya mahal kalo Saya harus kerja sendiri (makasih ya Bunda..). Dan ketiga, hal yang paling berharga, yaitu pengalaman yang membuka mata Saya tentang jalan-Nya. Kisah yang sangat menginspirasi Saya.
Ba'da maghrib tepatnya sekitar pukul 18.30-an, Saya nelpon bunda di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin). Intinya maksa bunda cepet pulang terus beli sepatu ke salah satu toko *yang tidak mau disebutkan namanya* di kawasan alun-alun. Padahal Bunda belum sempet pulang dan katanya lagi sakit kepala (maaf banget ya Bunda...). dan akhirnya, setengah jam kemudian, Bunda nelpon dan nyuruh ke depan rumah untuk pergi beli sepatu ke toko *yang lagi-lagi enggan disebutkan namanya*.
Perjalanan cukup sebentar karena jarak yang dekat dan keadaan jalan yang cukup tenang. Di jalan kepatihan yang rame, Bunda makin sakit kepala gara-gara jalan yang sesek plus ga ada tempat parkir. Sampe akhirnya 'sang penyelamat' (baca: tukang beca) nunjukkin tempat kosong. Setelah parkir dan buka sms, kita turun dan menuju toko sepatu *yang masih ngotot ngga mau disebutkan namanya*. Waktu jalan di trotoar, kita sempet liat Penjual Celengan yang dagangannya masih penuh, tapi ga menghiraukan. Setelah memilih dan memilah, menimbang dan menghitung, akhirnya kita beli 2 pasang kaos kaki untuk Saya dan Ayah (lho kok??) dan tentunya sepatu Eagle model Falcon seharga, Rp xxx.000,00. Setelah pembayaran dengan visa master citibank selesai, (ga penting) kita menuju mobil untuk pulang.
Karena lewat jalan yang sama, Saya dan Bunda kembali melihat Penjual Celengan (yang dagangannya masih numpuk dan keliatannya ga laku). Tapi kali ini beda. Bunda berkata, (alah) "Man, itu Penjual Celengan kasian. Kayanya ga laku." karena dah kasian juga, Saya pun menjawab, "Iya Nda, keliatannya dah nungguin di sana dari siang tuh. Beli aja buat Hanukho sama Afis." (maksudnya 2 sepupu Saya yg masih pada kecil). Bunda setuju. Kita balik lagi dan nanya-nanya harganya. Ternyata si Mang jualan berbagai macam bentuk celengan dari tanah liat. Ada bentuk kelinci, ikan, bebek, berukuran kecil seharga Rp 10.000,00 juga ada bentuk singa, ayam, dan stroberi untuk ukuran besar seharga Rp 20.000,00. (ko malah promosi ya??). Setelah didata, ternyata ada 5 orang yang beruntung mendapatkan masing-masing satu celengan kecil seharga Rp 10.000,00. Mereka adalah Hanukho, Afis, Dinan, Adam, dan Dinda (semuanya sepupu yang masih pada kecil). Setelah itu, celengan dibungkus, masukin bagasi, kita pulang.
di jalan, sya menemukan makna kisah ini. apakah itu?
Ba'da maghrib tepatnya sekitar pukul 18.30-an, Saya nelpon bunda di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin). Intinya maksa bunda cepet pulang terus beli sepatu ke salah satu toko *yang tidak mau disebutkan namanya* di kawasan alun-alun. Padahal Bunda belum sempet pulang dan katanya lagi sakit kepala (maaf banget ya Bunda...). dan akhirnya, setengah jam kemudian, Bunda nelpon dan nyuruh ke depan rumah untuk pergi beli sepatu ke toko *yang lagi-lagi enggan disebutkan namanya*.
Perjalanan cukup sebentar karena jarak yang dekat dan keadaan jalan yang cukup tenang. Di jalan kepatihan yang rame, Bunda makin sakit kepala gara-gara jalan yang sesek plus ga ada tempat parkir. Sampe akhirnya 'sang penyelamat' (baca: tukang beca) nunjukkin tempat kosong. Setelah parkir dan buka sms, kita turun dan menuju toko sepatu *yang masih ngotot ngga mau disebutkan namanya*. Waktu jalan di trotoar, kita sempet liat Penjual Celengan yang dagangannya masih penuh, tapi ga menghiraukan. Setelah memilih dan memilah, menimbang dan menghitung, akhirnya kita beli 2 pasang kaos kaki untuk Saya dan Ayah (lho kok??) dan tentunya sepatu Eagle model Falcon seharga, Rp xxx.000,00. Setelah pembayaran dengan visa master citibank selesai, (ga penting) kita menuju mobil untuk pulang.
Karena lewat jalan yang sama, Saya dan Bunda kembali melihat Penjual Celengan (yang dagangannya masih numpuk dan keliatannya ga laku). Tapi kali ini beda. Bunda berkata, (alah) "Man, itu Penjual Celengan kasian. Kayanya ga laku." karena dah kasian juga, Saya pun menjawab, "Iya Nda, keliatannya dah nungguin di sana dari siang tuh. Beli aja buat Hanukho sama Afis." (maksudnya 2 sepupu Saya yg masih pada kecil). Bunda setuju. Kita balik lagi dan nanya-nanya harganya. Ternyata si Mang jualan berbagai macam bentuk celengan dari tanah liat. Ada bentuk kelinci, ikan, bebek, berukuran kecil seharga Rp 10.000,00 juga ada bentuk singa, ayam, dan stroberi untuk ukuran besar seharga Rp 20.000,00. (ko malah promosi ya??). Setelah didata, ternyata ada 5 orang yang beruntung mendapatkan masing-masing satu celengan kecil seharga Rp 10.000,00. Mereka adalah Hanukho, Afis, Dinan, Adam, dan Dinda (semuanya sepupu yang masih pada kecil). Setelah itu, celengan dibungkus, masukin bagasi, kita pulang.
di jalan, sya menemukan makna kisah ini. apakah itu?
A. Way of God
B. Way of Human
kirim jawaban anda sebanyak mungkin ke 9554. hadiah berupa celengan ikan. (selama persediaan masih ada)
Yap! tepat. jawabannya adalah Way of God (sesuai judul notenya)
Di jalan Saya memikirkan peristiwa yang baru terjadi, dan mendapatkan sebuah rantai kejadian yang saling berkaitan. Fakta pertama adalah setiap orang dalam kisah tadi beruntung. Saya mendapat sepatu, Bunda bisa beramal (baca: membeli 5 buah celengan karena kasihan), dan tentunya Penjual Celengan yang mendapat uang untuk menghidupi keluarganya.
Fakta kedua dan yang terpenting, ternyata dalam peristiwa ini ada 'campur tangan' Tuhan. Karena tidak mungkin rasanya rantai ini terjalin secara kebetulan. Jika saja Saya tidak memaksa, hal ini tidak akan terjadi. Saya ngga dapet sepatu baru, Bunda ga bisa beramal, dan Penjual Celengan ga dapet uang. Begitu juga jika Bunda menolak paksaan saya. Atau, jika saja Penjual Celengan tadi tidak sabar menunggu dari siang, atau pulang 5 menit sebelum Bunda keluar dari toko Sinar Terang *akhirnya mau disebut namanya*, maka peristiwa inipun tak akan terjadi.
Subhanallah! ternyata Allah telah membuat suatu jalan yang teramat indah bagi setiap hamba-Nya. Dan ternyata jalan itulah yang terbaik dan terindah bagi setiap orang. Walaupun terkadang jalan itu sangat berat di awal perjalanan, tempat terindah ternyata telah disediakan Tuhan di ujung jalan itu. Dan pada saat tiba di sanalah, kita baru menyadari keindahan 'Way of God'.
"Jangan pernah berprasangka buruk terhadap jalan yang dipilihkan Tuhan untuk kita. Karena sesungguhnya, Tuhan lebih tau apa yang lebih baik dan lebih tepat untuk kita."
*didedikasikan pada teman-temanku yang membutuhkan tambahan energi untuk melangkah di jalan yang telah Allah pilihkan.
nb: kuisnya boongan!
B. Way of Human
kirim jawaban anda sebanyak mungkin ke 9554. hadiah berupa celengan ikan. (selama persediaan masih ada)
Yap! tepat. jawabannya adalah Way of God (sesuai judul notenya)
Di jalan Saya memikirkan peristiwa yang baru terjadi, dan mendapatkan sebuah rantai kejadian yang saling berkaitan. Fakta pertama adalah setiap orang dalam kisah tadi beruntung. Saya mendapat sepatu, Bunda bisa beramal (baca: membeli 5 buah celengan karena kasihan), dan tentunya Penjual Celengan yang mendapat uang untuk menghidupi keluarganya.
Fakta kedua dan yang terpenting, ternyata dalam peristiwa ini ada 'campur tangan' Tuhan. Karena tidak mungkin rasanya rantai ini terjalin secara kebetulan. Jika saja Saya tidak memaksa, hal ini tidak akan terjadi. Saya ngga dapet sepatu baru, Bunda ga bisa beramal, dan Penjual Celengan ga dapet uang. Begitu juga jika Bunda menolak paksaan saya. Atau, jika saja Penjual Celengan tadi tidak sabar menunggu dari siang, atau pulang 5 menit sebelum Bunda keluar dari toko Sinar Terang *akhirnya mau disebut namanya*, maka peristiwa inipun tak akan terjadi.
Subhanallah! ternyata Allah telah membuat suatu jalan yang teramat indah bagi setiap hamba-Nya. Dan ternyata jalan itulah yang terbaik dan terindah bagi setiap orang. Walaupun terkadang jalan itu sangat berat di awal perjalanan, tempat terindah ternyata telah disediakan Tuhan di ujung jalan itu. Dan pada saat tiba di sanalah, kita baru menyadari keindahan 'Way of God'.
"Jangan pernah berprasangka buruk terhadap jalan yang dipilihkan Tuhan untuk kita. Karena sesungguhnya, Tuhan lebih tau apa yang lebih baik dan lebih tepat untuk kita."
*didedikasikan pada teman-temanku yang membutuhkan tambahan energi untuk melangkah di jalan yang telah Allah pilihkan.
nb: kuisnya boongan!
Bandung, Rabu 10 Juni 2009 pukul 01.35
(Dipublikasikan kembali dengan perubahan secukupnya.)
0 komentar: