Assalamu'alaikum Warahmatullah..
Dari banyak tempat belajar dan mengembangkan diri di dunia kampus, ada satu tempat yang telah banyak memberikan saya banyak sekali pelajaran. Diawali dari ngobrol santai dengan senior sekaligus mentor saya, Kak
Maya Susanti, saya tertarik bergabung di
International Student Association for International Studies (ISAFIS). Dua tahun kemudian, di sinilah saya, di posisi yang dulu Kak Maya emban.
President of ISAFIS.
Kontribusi pertama ISAFIS dalam hidup saya dimulai ketika saya mendapat kesempatan untuk mewakili ISAFIS ke The 59th International Student Conference di Jepang pada tahun 2013 lalu. Kalau bahasa pendiri ISAFIS, Bang Faizal Motik a.k.a Bang Ical, saya ini 'diperawani' ISAFIS. Artinya, saya keluar negeri untuk pertama kalinya berkat ISAFIS. Tahun pertama di ISAFIS, saya dapat tanggung jawab besar karena diminta menjadi Head of Social Events dari Jakarta MUN 2013, salahsatu acara akbar ISAFIS. Setahun di bawah kepemimpinan Kak Maya, banyak sekali ilmu yang saya serap dari lingkungan orang-orang keren ini. Tahun kedua, saya belajar menjadi konseptor dari Mas Gineng Sakti. Bukan cuma namanya yang sakti, tapi juga ide dan konsepnya. Selama satu tahun, saya mendapat kesempatan untuk lagi-lagi berkontribusi lewat Jakarta MUN 2014 sebagai Director of UNESCO. Menjadi seorang director bukanlah kesempatan yang mudah didapat dan ISAFIS memberikan pengalaman itu. Bahkan, keberhasilan saya menjadi bagian dari delegasi UI untuk The European International MUN di Den Haag sekalipun ada hubungannya dengan ISAFIS. Salahsatu senior saya di ISAFIS, Kak Gea Larissa, merupakan orang yang mendukung dan membantu saya sehingga terpilih. Sekarang, di tahun ketiga saya di ISAFIS, giliran saya melanjutkan tongkat estafet dari Kak Maya dan Mas Gineng. Berkontribusi dan membalas kebaikan organisasi ini pada para penerusnya.
Satu hal yang selalu dibanggakan dari sebuah organisasi adalah alumninya. Siapa dan sudah menjadi apa para alumni seringkali menjadi ukuran besarnya suatu organisasi. Berdasarkan hal tersebut, boleh dibilang ISAFIS merupakan organisasi yang bukan sembarang organisasi. Para pendiri dan alumni ISAFIS merupakan tokoh-tokoh yang dipandang di negeri ini. Beberapa nama, seperti Faizal Motik, Irma Hutabarat, Imam Prasodjo, Hikmahanto Juwana, Adnan Pandu Praja, dan Fadli Zon bukanlah nama yang asing di telinga kita, Mereka semua telah menjadi orang-orang penting di negeri ini dengan keahliannya di bidang masing-masing.
|
Para Alumni ISAFIS |
Tahun ini, tepatnya tanggal 14 Februari, ISAFIS menyambut hari ulang tahunnya yang ke-31. Seperti biasa, kami diundang untuk bersilaturahmi, diskusi, dan makan-makan bersama alumni di rumah sekaligus sekretariat organisasi, Jalan Banyumas No. 2, Menteng. Ini merupakan kesempatan langka bagi kami para anggota maupun pengurus yang sedang menjabat untuk bertemu dan bertukar pikiran langsung dengan para pendiri organisasi kami. Selama acara silaturahmi kemarin, banyak sekali pelajaran dari alumni dan juga kejadian lucu yang terjadi.
|
ISAFIS New Members |
|
Special Edition Mug |
|
Budayakan Antre |
|
Makan Bareng Presiden Terdahulu |
Setelah makan-makan lengkap dengan pencuci mulutnya, saya mewakili teman-teman pengurus mempresentasikan ISAFIS pada masa kita. Acara akbar ISAFIS, seperti Indonesia International Week dan Jakarta MUN juga dipresentasikan melalui video. Setelah itu, saya memperkenalkan Board Executive maupun Board of Director yang akan bekerja sama dengan saya selama satu tahun ini. Di penghujung presentasi, saya menawarkan alumni mug dan kaos ISAFIS yang memang telah disiapkan sebagai salahsatu strategi
fundraising kita. Satu paket mug
limited edition plus kaos dan
goodie bag kami banderol seharga Rp150.000,00. Ketika saya sedang menawarkan
merchandise tersebut, tidak disangka Bang Ical membantu kami promosi dan membuatnya jadi lelang. Harga awal tiba-tiba naik jadi Rp1.000.000,00, lalu ada lagi yang menawar Rp2.000.000,00, dan paling tinggi terjual dengan harga Rp3.000.000,00. Dari 20 buah mug yang kami siapkan, dengan hanya menjual setengahnya saja kita mendapat dana sebesar Rp10.300.000,00. Ini benar-benar di luar dugaan dan membuat saya senang sekaligus terharu karena para alumni ini begitu peduli dengan ISAFIS maupun adik-adiknya. Dana itu sangat berarti buat kami karena akan dikelola untuk kegiatan-kegiatan ISAFIS selama satu tahun ini.
|
Presentasi ISAFIS 2015 |
|
Cerita ISAFIS ke Alumni |
|
Promosi Mug Edisi Spesial 31 Tahun ISAFIS |
|
Bang Yendi - Donasi Rp2.000.000,00 |
Bagian pengurus selesai, dimulailah diskusi atau
sharing alumni. Pertama, Prof. Hikmahanto Juwana yang memulai diskusi. Sebagai bagian dari Tim Sembilan yang diberi tugas oleh Presiden Jokowi untuk memberi pertimbangan dalam masalah antara KPK dan Polri, Bang Gihik ini cerita tentang situasi terkini dan memaparkan bahaya korupsi. Bang Gihik cerita bagaimana beratnya terlibat dalam posisi beliau sekarang yang penuh ancaman dan bagaimana beliau juga terlibat dalam penyelesaian masalah yang sama beberapa tahun sebelumnya ketika polemik KPK dan Polri juga pernah terjadi. Lebih lanjut, Bang Gihik memperingatkan dengan tegas untuk menjaga ISAFIS dari praktik-praktik yang mengarah pada korupsi karena banyak sekali organisasi yang katanya organisasi pemuda sekalipun terlibat hal-hal semacam itu.
|
Bang Gihik Memulai Diskusi |
Cerita Prof. Hikmahanto Juwana disambung oleh Dr. Imam Prasodjo. Bang Imam yang juga kini berada di Tim Sembilan ini lebih banyak bernostalgia dengan ISAFIS. Bang Imam cerita bagaimana awalnya ISAFIS terbentuk untuk memperluas kesempatan mahasiswa Indonesia ke luar negeri yang saat itu dimonopoli oleh KNPI sebagai organisasi di bawah kendali Presiden Soeharto. Selain itu, ISAFIS juga menjadi semacam kamuflase dengan namanya 'International Studies' agar tidak terlalu disorot intelijen apabila berdiskusi. Banyak sekali cerita menarik dan lucu dari Bang Imam tentang ISAFIS. Sepanjang cerita, berkali-kali tawa lepas alumni maupun pengurus terdengar. Bang Imam selalu bilang bahwa di ISAFIS kita belajar tetap percaya diri meskipun berhadapan dengan orang-orang yang lebih tinggi pangkatnya karena memang di ISAFIS sering sekali bertemu orang-orang penting, persis seperti saya bertemu alumni-alumni tersebut. Di ISAFIS kita semua setara.
Menurut Bang Imam, karakter alumni ISAFIS bisa dikategorikan secara umum ke dalam tiga kategori. Pertama, socio-political advocation yang fokus kepada penyelesaian masalah sosial dan politik lewat melalui advokasi. Misalnya, Prof. Hikmahanto, Adnan Pandu Praja, dan Irma Hutabarat. Hanya, menurut Bang Imam, anak ISAFIS bukan tipe yang turun ke jalan dalam caranya memperjuangkan suatu gagasan. Anak ISAFIS itu caranya harus elegan, menyampaikan gagasan dan berdebat secara santun dalam seminar atau forum lainnya. Kedua, social service provider yang berusaha menyelesaikan masalah dengan menyediakan berbagai fasilitas untuk orang yang membutuhkan. Orang-orang dalam kategori ini tidak mencari keuntungan tapi benar-benar berusaha memberikan sesuatu untuk masyarakat. Alumni yang seperti ini, contohnya Geisz Chalifah dan Irma Hutabarat yang banyak membantu orang-orang 'gak punya'. Ketiga, social entrepreneur yang berusaha menyelesaikan permasalahan sosial dengan menciptakan peluang kerja bagi banyak orang. Menurut Bang Imam, sekarang ini dibutuhkan banyak orang dengan karakter seperti ini. Karena tanpa jiwa entrepreneurship, ISAFIS tidak akan bisa berjalan jauh. Bang Ical dan Bang Harry Samputra merupakan contoh terdekat bagaimana alumni ISAFIS memiliki jiwa entrepreneurship. Bang Imam menutup ceritanya dengan nasehat agar anak-anak ISAFIS memiliki enam karakter yang sangat penting untuk memperbaiki bangsa, yaitu honesty, responsibility, fairness, rationality, courage, dan tolerance.
0 komentar: