Selagi Libur Menulis
Assalamu'alaikum Warahmatullah..
Selamat malam, para pejuang kehidupan! Para pejuang yang senantiasa memperbaiki harinya untuk kehidupan cemerlang di masa depan.
Tidak terasa sudah dua bulan saya tidak menulis apapun di blog ini. Ya, terakhir kali adalah dua bulan lalu ketika saya sedang menjalani Ujian Tengah Semester. Kini, saya menulis kembali ketika menjalani Ujian Akhir Semester. Begitulah, hidup memang penuh ujian.
Padahal, dulu saya pernah berkomitmen membuat tulisan setidaknya sebulan sekali. Tujuannya simpel, agar di arsip blog ini bulannya lengkap dari Januari sampai Desember. Namun, harapan itu nampaknya telah sirna. Kegagalan ini sungguh membuat saya gusar dan cukup menyesal. Sebenarnya, apa sih yang terjadi dalam hidup saya selama dua bulan terakhir? Mari melihat ke belakang.
Akhir Mei..
Saat itu aura persaingan akademik di FISIP sedang panas-panasnya. Setiap jurusan sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk merebut gelar jurusan paling akademis di fakultas jingga ini. Hal ini tak lain dan tak bukan karena diselenggarakannya Lomba Ilmiah Mahasiswa (LIMAS) FISIP UI. Semuanya berambisi, tak terkecuali jurusan saya, Ilmu Hubungan Internasional, yang tahun ini bertekad merebut kembali gelar tersebut. Setelah tahun lalu terseok-seok di peringkat bawah, tahun ini Divisi Keilmuan HMHI benar-benar berusaha mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Mulai dari publikasi, pencarian delegasi, pelatihan, sampai pendampingan. Ingin berkontribusi, saya pun turun sebagai delegasi.
Saya ikut dua cabang lomba, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa kategori Gagasan Tertulis (PKM GT) dan Debat Bahasa Indonesia. Untuk PKM GT, jika kalian masih ingat Pak Tarnedi yang pernah saya ceritakan di sini, saya membuatnya berdasarkan pengalaman bertemu beliau. Bersama Cazadira Fediva (HI'11) dan Calfin Murrin (HI'12), kami membuat program berjudul ETD Project yang merupakan singkatan dari English for Taxi Driver Project. Inti gagasannya adalah membuat modul pembelajaran bahasa Inggris mandiri untuk para sopir taksi. Harapannya, para sopir taksi bisa lebih mudah belajar dan mempraktikkan hasil belajarnya langsung sambil bekerja. Pada tahap seleksi, kami berhasil lolos menjadi lima besar, yang berarti kami berhak mempresentasikan ide kami kepada juri. Presentasi ini bisa dibilang cukup seru dan menegangkan. Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk mempresentasikan keseluruhan ide kami, sebelum dewan juri melakukan tanya jawab. Mendapat giliran pertama, kami berhasil menyelesaikan presentasi dengan cukup baik. Tentu saja ini berkat usaha kami yang berlatih dahulu, bahkan sampai mengundang senior kami, Niwa Rahmad Dwitama (HI'09), Mapres Utama UI, untuk menjadi juri kami saat latihan. Setelah berusaha maksimal, tugas kami tinggal bertawakal.
Dalam lomba debat, HMHI mengirim dua tim. Saya bergabung di tim HI A bersama Sindhu Partomo (HI'11) dan Fityananda Musthika (HI'10). Lumayan keren sih menurut saya, karena ini gabungan tiga angkatan. Kami bertiga memang punya latar belakang debat, meskipun sebenarnya debat bahasa Inggris. Tapi, karena peluangnya lebih besar di debat bahasa Indonesia, kami memutuskan untuk turun di mata lomba ini. Satu tim sama senior itu banyak manfaatnya. Saya jadi bisa banyak belajar dari mereka yang sudah punya lebih banyak pengalaman. Mereka juga dengan senang hati mau membagi ilmunya. Kami dilatih oleh senior kami, Adlini Ilma Ghaisany (HI'09), yang prestasi debatnya tidak perlu diragukan lagi. Sejak penyisihan, perjalanan tim kami bisa dikatakan cukup mulus. Kami masuk babak semi-final dengan mengumpulkan tiga kemenangan dari tiga pertandingan. Di babak semi-final pun kami mampu menjaga konsistensi sehingga lolos ke babak final. Ternyata, di babak final HI A harus berhadapan dengan HI B. Sebenarnya ini meringankan beban kami, karena ini berarti gelar juara sudah di tangan HMHI. Namun, sensasi final jadi kurang seru karena sejak latihan kita sudah berbagi bahan sehingga secara tidak langsung kita sudah tahu argumen satu sama lain. Apapun hasilnya, kami tetap bangga karena sudah memberi yang terbaik dan memastikan juaranya.
Hari penutupan dan pengumuman pun tiba. Suasana tegang memenuhi ruangan Auditorium Gedung M. Akhirnya satu persatu mata hasil lomba dibacakan. Meskipun HMHI berhasil mengumpulkan cukup banyak kemenangan, sayangnya tahun ini kami belum bisa merebut kembali gelar itu dan baru berhasil menjadi runner up. Hal ini karena poin terbesar berasal dari PKM yang memang belum banyak kami menangkan pada tahun ini. Namun, semua tetap bangga dengan raihan prestasi ini. Kami yakin, jika usaha ini terus dilakukan, bukan tidak mungkin tahun depan HMHI benar-benar menjadi juara.
Awal Mei..
Ada pengalaman baru dalam hidup saya terukir saat itu. Tanggal 10-12 Mei lau saya ikut 2nd National Newbie Debate Championship yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta. Pertama kalinya loh buat saya mewakili universitas di lomba tingkat nasional. Bersama Tanita Dhiyaan Rahmani, Diovio Alfath, dan Aisyah Maharani, saya berangkat ke Yogyakarta sebagai delegasi EDS UI. Setelah tertarik sama kegiatan debat sejak masuk setahun lalu, ini adalah kesempatan berharga di mana saya bisa dapat pelatihan dari EDS UI sebelum akhirnya turun lomba. Soalnya, di EDS UI itu kompetitif banget. Status mahasiswa baru saja bisa jadi sudah punya prestasi debat sampai tingkat internasional. Nah, persiapannya sendiri memakan waktu sekitar satu bulan mulai awal April. Latihan ini, bagi saya yang baru terjun ke dunia debat bisa dikatakan sangat seru sekaligus melelahkan. Bayangkan, empat hari dalam seminggu kita latihan debat dan terkadang ada juga pemberian materi. Apalagi empat hari itu termasuk hari Sabtu dan Minggu yang biasanya digunakan untuk istirahat. Tapi, selama latihan itu rasanya otak benar-benar dikasih makan. Setiap kali dapat mosi, otak harus dipaksa berpikir kritis dan lebih kritis. Belum lagi kalau sesi materi, banyak banget pengetahuan baru yang tidak mungkin didapat di kelas. Pantas saja banyak yang bilang debat bikin cerdas, kita dipaksa untuk belajar banyak bidang, seperti ekonomi, hukum, hubungan internasional, dan pastinya isu-isu terhangat. Pelatih kita adalah Anas Sijabat (FISIP'11), Terry Muthahhari (FISIP'11), dan Magreta Kailla Adenta (FH'11). Mereka itu pelatih yang harus diacungi jempol karena selalu sabar dan semangat melatih kita. Oh iya, alasan saya ikut debat bahasa Indonesia di LIMAS adalah karena Ka Anas dan Ka Terry ikut lomba debat bahasa Inggris mewakili jurusan Ilmu Komunikasi. Agak gimana gitu kalau harus ketemu pelatih sendiri di lomba. Takut duluan sih sebenarnya. Hahaha...
Asyik loh bepergian bareng teman-teman untuk ikut lomba. Berhubung saat itu tiket kereta habis, kita memutuskan menggunakan travel untuk pergi ke Yogya. Travel yang tidak perlu disebutkan namanya ini ngebut banget! Selama hampir 12 jam perjalanan dari Depok - Yogya, kita seakan-akan berada di dalam kapal yang diombang-ambing badai. Seru deh, pokoknya! Tiba di Yogya, kita cuma punya waktu sebentar untuk istirahat, karena harus langsung ke tempat acara sebelum pembukaan dimulai. Sore harinya, pertandingan di mulai. Dari 4 pertandingan selama dua hari di babak pra-eliminasi, UI A (Tanita-Dio) dan UI B (Aisyah-Ilman) berhasil mengumpulkan sama-sama 8 poin kemenangan. Sayangnya, ketika hasil pertandingan ke-5 keluar saat breaking announcement, ternyata hanya UI A yang berhasil lolos dengan 10 poin kemenangan dan UI B harus tersingkir dengan 8 poin kemenangan. UI B tersingkir setelah hanya mampu meraih posisi ke-17 dari 40 tim yang bertanding. Sedih banget rasanya kalau ingat kita (UI B) hanya selisih satu urutan untuk lolos. Apalagi waktu itu Aisyah kayanya kecewa banget sampai nangis. Jadi merasa gagal sebagai teammate.
Akhirnya, di hari ketiga, saya dan Aisyah cuma bisa nonton dan pastinya mendukung tim UI A bertanding. Setelah berhasil mendapat posisi ke-2 di oktofinal dan posisi ke-1 di semifinal, UI A berhak masuk ke babak final. Finalnya sendiri berlangsung lumayan seru. Lawan UI A adalah UGM B, UNDIP A, dan Paramadina A. Setiap tim pastinya mengeluarkan yang terbaik di final ini sebagai penghabisan. Sampai-sampai saya dibuat terpesona oleh seseorang yang ternyata jadi Best Speaker.
Debat diakhiri dengan penjurian yang dilakukan secara tertutup. Akhirnya, setelah penjurian yang cukup lama dan menegangkan, juri menyatakan UI A sebagai pemenang sekaligus juara pada 2nd NNDC. Perjuangan selama sebulan terbayar sudah dengan berhasil dipertahankannya gelar juara oleh EDS UI. Meskipun belum menang, saya ikut berbahagia untuk UI A dan tentunya EDS UI.
Pengalaman ini berkesan banget buat saya. Selain karena pengalaman pertama ikut lomba, kenangan selama di perjalanan bareng Dio, Aisyah, dan Tita juga yang bikin sangat berkesan. Apalagi waktu city tour ke Malioboro kita bareng-bareng main ke rumah hantu. Padahal, rumah hantunya dari Jakarta. Hahahahaha.. Selain itu juga ada pengalaman selama di travel, wisma, dan kereta pas pulang di mana kita lelah bareng. Pokoknya, canda tawa dan bahkan isak tangis selama tiga hari itu tidak mungkin dilupakan.
Ternyata, meskipun selama dua bulan ini saya tidak menulis sama sekali, ada banyak hal yang sudah saya lakukan dalam kehidupan saya. Kemenangan PKM GT kelompok saya mengajarkan pada saya bahwa inspirasi itu bisa datang kapan saja dalam hidup kita, bahkan ketika itu berbentuk seorang sopir taksi. Kemenangan UI A di 2nd NNDC mengajarkan manisnya hasil kerja keras, sedangkan kekalahan UI B mengajarkan saya untuk tidak mengecewakan rekan satu tim.
Padahal, dulu saya pernah berkomitmen membuat tulisan setidaknya sebulan sekali. Tujuannya simpel, agar di arsip blog ini bulannya lengkap dari Januari sampai Desember. Namun, harapan itu nampaknya telah sirna. Kegagalan ini sungguh membuat saya gusar dan cukup menyesal. Sebenarnya, apa sih yang terjadi dalam hidup saya selama dua bulan terakhir? Mari melihat ke belakang.
Akhir Mei..
Saat itu aura persaingan akademik di FISIP sedang panas-panasnya. Setiap jurusan sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk merebut gelar jurusan paling akademis di fakultas jingga ini. Hal ini tak lain dan tak bukan karena diselenggarakannya Lomba Ilmiah Mahasiswa (LIMAS) FISIP UI. Semuanya berambisi, tak terkecuali jurusan saya, Ilmu Hubungan Internasional, yang tahun ini bertekad merebut kembali gelar tersebut. Setelah tahun lalu terseok-seok di peringkat bawah, tahun ini Divisi Keilmuan HMHI benar-benar berusaha mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Mulai dari publikasi, pencarian delegasi, pelatihan, sampai pendampingan. Ingin berkontribusi, saya pun turun sebagai delegasi.
Saya ikut dua cabang lomba, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa kategori Gagasan Tertulis (PKM GT) dan Debat Bahasa Indonesia. Untuk PKM GT, jika kalian masih ingat Pak Tarnedi yang pernah saya ceritakan di sini, saya membuatnya berdasarkan pengalaman bertemu beliau. Bersama Cazadira Fediva (HI'11) dan Calfin Murrin (HI'12), kami membuat program berjudul ETD Project yang merupakan singkatan dari English for Taxi Driver Project. Inti gagasannya adalah membuat modul pembelajaran bahasa Inggris mandiri untuk para sopir taksi. Harapannya, para sopir taksi bisa lebih mudah belajar dan mempraktikkan hasil belajarnya langsung sambil bekerja. Pada tahap seleksi, kami berhasil lolos menjadi lima besar, yang berarti kami berhak mempresentasikan ide kami kepada juri. Presentasi ini bisa dibilang cukup seru dan menegangkan. Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk mempresentasikan keseluruhan ide kami, sebelum dewan juri melakukan tanya jawab. Mendapat giliran pertama, kami berhasil menyelesaikan presentasi dengan cukup baik. Tentu saja ini berkat usaha kami yang berlatih dahulu, bahkan sampai mengundang senior kami, Niwa Rahmad Dwitama (HI'09), Mapres Utama UI, untuk menjadi juri kami saat latihan. Setelah berusaha maksimal, tugas kami tinggal bertawakal.
Dalam lomba debat, HMHI mengirim dua tim. Saya bergabung di tim HI A bersama Sindhu Partomo (HI'11) dan Fityananda Musthika (HI'10). Lumayan keren sih menurut saya, karena ini gabungan tiga angkatan. Kami bertiga memang punya latar belakang debat, meskipun sebenarnya debat bahasa Inggris. Tapi, karena peluangnya lebih besar di debat bahasa Indonesia, kami memutuskan untuk turun di mata lomba ini. Satu tim sama senior itu banyak manfaatnya. Saya jadi bisa banyak belajar dari mereka yang sudah punya lebih banyak pengalaman. Mereka juga dengan senang hati mau membagi ilmunya. Kami dilatih oleh senior kami, Adlini Ilma Ghaisany (HI'09), yang prestasi debatnya tidak perlu diragukan lagi. Sejak penyisihan, perjalanan tim kami bisa dikatakan cukup mulus. Kami masuk babak semi-final dengan mengumpulkan tiga kemenangan dari tiga pertandingan. Di babak semi-final pun kami mampu menjaga konsistensi sehingga lolos ke babak final. Ternyata, di babak final HI A harus berhadapan dengan HI B. Sebenarnya ini meringankan beban kami, karena ini berarti gelar juara sudah di tangan HMHI. Namun, sensasi final jadi kurang seru karena sejak latihan kita sudah berbagi bahan sehingga secara tidak langsung kita sudah tahu argumen satu sama lain. Apapun hasilnya, kami tetap bangga karena sudah memberi yang terbaik dan memastikan juaranya.
Hari penutupan dan pengumuman pun tiba. Suasana tegang memenuhi ruangan Auditorium Gedung M. Akhirnya satu persatu mata hasil lomba dibacakan. Meskipun HMHI berhasil mengumpulkan cukup banyak kemenangan, sayangnya tahun ini kami belum bisa merebut kembali gelar itu dan baru berhasil menjadi runner up. Hal ini karena poin terbesar berasal dari PKM yang memang belum banyak kami menangkan pada tahun ini. Namun, semua tetap bangga dengan raihan prestasi ini. Kami yakin, jika usaha ini terus dilakukan, bukan tidak mungkin tahun depan HMHI benar-benar menjadi juara.
Hasil Usaha Selama LIMAS |
Awal Mei..
Ada pengalaman baru dalam hidup saya terukir saat itu. Tanggal 10-12 Mei lau saya ikut 2nd National Newbie Debate Championship yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta. Pertama kalinya loh buat saya mewakili universitas di lomba tingkat nasional. Bersama Tanita Dhiyaan Rahmani, Diovio Alfath, dan Aisyah Maharani, saya berangkat ke Yogyakarta sebagai delegasi EDS UI. Setelah tertarik sama kegiatan debat sejak masuk setahun lalu, ini adalah kesempatan berharga di mana saya bisa dapat pelatihan dari EDS UI sebelum akhirnya turun lomba. Soalnya, di EDS UI itu kompetitif banget. Status mahasiswa baru saja bisa jadi sudah punya prestasi debat sampai tingkat internasional. Nah, persiapannya sendiri memakan waktu sekitar satu bulan mulai awal April. Latihan ini, bagi saya yang baru terjun ke dunia debat bisa dikatakan sangat seru sekaligus melelahkan. Bayangkan, empat hari dalam seminggu kita latihan debat dan terkadang ada juga pemberian materi. Apalagi empat hari itu termasuk hari Sabtu dan Minggu yang biasanya digunakan untuk istirahat. Tapi, selama latihan itu rasanya otak benar-benar dikasih makan. Setiap kali dapat mosi, otak harus dipaksa berpikir kritis dan lebih kritis. Belum lagi kalau sesi materi, banyak banget pengetahuan baru yang tidak mungkin didapat di kelas. Pantas saja banyak yang bilang debat bikin cerdas, kita dipaksa untuk belajar banyak bidang, seperti ekonomi, hukum, hubungan internasional, dan pastinya isu-isu terhangat. Pelatih kita adalah Anas Sijabat (FISIP'11), Terry Muthahhari (FISIP'11), dan Magreta Kailla Adenta (FH'11). Mereka itu pelatih yang harus diacungi jempol karena selalu sabar dan semangat melatih kita. Oh iya, alasan saya ikut debat bahasa Indonesia di LIMAS adalah karena Ka Anas dan Ka Terry ikut lomba debat bahasa Inggris mewakili jurusan Ilmu Komunikasi. Agak gimana gitu kalau harus ketemu pelatih sendiri di lomba. Takut duluan sih sebenarnya. Hahaha...
Asyik loh bepergian bareng teman-teman untuk ikut lomba. Berhubung saat itu tiket kereta habis, kita memutuskan menggunakan travel untuk pergi ke Yogya. Travel yang tidak perlu disebutkan namanya ini ngebut banget! Selama hampir 12 jam perjalanan dari Depok - Yogya, kita seakan-akan berada di dalam kapal yang diombang-ambing badai. Seru deh, pokoknya! Tiba di Yogya, kita cuma punya waktu sebentar untuk istirahat, karena harus langsung ke tempat acara sebelum pembukaan dimulai. Sore harinya, pertandingan di mulai. Dari 4 pertandingan selama dua hari di babak pra-eliminasi, UI A (Tanita-Dio) dan UI B (Aisyah-Ilman) berhasil mengumpulkan sama-sama 8 poin kemenangan. Sayangnya, ketika hasil pertandingan ke-5 keluar saat breaking announcement, ternyata hanya UI A yang berhasil lolos dengan 10 poin kemenangan dan UI B harus tersingkir dengan 8 poin kemenangan. UI B tersingkir setelah hanya mampu meraih posisi ke-17 dari 40 tim yang bertanding. Sedih banget rasanya kalau ingat kita (UI B) hanya selisih satu urutan untuk lolos. Apalagi waktu itu Aisyah kayanya kecewa banget sampai nangis. Jadi merasa gagal sebagai teammate.
Akhirnya, di hari ketiga, saya dan Aisyah cuma bisa nonton dan pastinya mendukung tim UI A bertanding. Setelah berhasil mendapat posisi ke-2 di oktofinal dan posisi ke-1 di semifinal, UI A berhak masuk ke babak final. Finalnya sendiri berlangsung lumayan seru. Lawan UI A adalah UGM B, UNDIP A, dan Paramadina A. Setiap tim pastinya mengeluarkan yang terbaik di final ini sebagai penghabisan. Sampai-sampai saya dibuat terpesona oleh seseorang yang ternyata jadi Best Speaker.
Pengalaman ini berkesan banget buat saya. Selain karena pengalaman pertama ikut lomba, kenangan selama di perjalanan bareng Dio, Aisyah, dan Tita juga yang bikin sangat berkesan. Apalagi waktu city tour ke Malioboro kita bareng-bareng main ke rumah hantu. Padahal, rumah hantunya dari Jakarta. Hahahahaha.. Selain itu juga ada pengalaman selama di travel, wisma, dan kereta pas pulang di mana kita lelah bareng. Pokoknya, canda tawa dan bahkan isak tangis selama tiga hari itu tidak mungkin dilupakan.
UI B (Aisyah Maharani - Ilman Dzikri) |
City Tour Malioboro |
Foto Bareng LO, Ka Riyan |
UI A Saat Babak Final |
Aisyah Bareng Tim UGM B Mariette (2nd Best Speaker) - Aisyah - Sufi (Best Speaker) |
Ilman - Tanita - Ka Riyan - Aisyah - Dio |
Ilman - Dio - Ka Boby (Chief of Adjudicators) - Tanita - Aisyah |
Ternyata, meskipun selama dua bulan ini saya tidak menulis sama sekali, ada banyak hal yang sudah saya lakukan dalam kehidupan saya. Kemenangan PKM GT kelompok saya mengajarkan pada saya bahwa inspirasi itu bisa datang kapan saja dalam hidup kita, bahkan ketika itu berbentuk seorang sopir taksi. Kemenangan UI A di 2nd NNDC mengajarkan manisnya hasil kerja keras, sedangkan kekalahan UI B mengajarkan saya untuk tidak mengecewakan rekan satu tim.
Selain itu, dua bulan ini telah menunjukkan bahwa saya telah banyak berubah. Setidaknya, saya lebih bersemangat untuk berprestasi dibandingkan dulu. Semoga hal ini terus berlanjut sampai saya menemukan bahwa saya adalah mahasiswa berprestasi semasa kuliah.
Sebenarnya, masih ada satu hal lagi yang terjadi di bulan April. Mungkin akan saya ceritakan di tulisan yang berbeda.
Sebenarnya, masih ada satu hal lagi yang terjadi di bulan April. Mungkin akan saya ceritakan di tulisan yang berbeda.
Ilman, I stumbled upon your blog :) authentic lu banget deh ini tulisannya, very sincere and honest haha. Sampai sekarang gw masih ga ngerti ada apa sih dengan kadal? Anyway, main2 juga dong ke tanitadr.tumblr.com meskipun jelek dan pengen sok2 berbobot gitu sih hehe :p
ReplyDeleteBaru baca dong komen ini.. makasih tita.. kadal itu.. banyak deh ceritanya! gue follow ya blognyaa
Delete