titik dua kurung tutup

14:02 0 Comments

Halooo.. Apa kabar kalian? Makasih ya, masih mau ngunjungin blog ini. 

Pagi ini, di bawah cuaca mendung Depok, saya baru aja nyelesein buku "How to Win Friends and Influence People" tulisan Dale Carnegie untuk kedua kalinya. Isinya masih sama kaya yang saya baca sebelumnya, tapi selalu ada pemaknaan baru kan ketika kita baca suatu buku untuk kedua kalinya. Nah, dari buku itu, ada sedikit yang saya mau bagiin nih buat yang belum sempet baca bukunya langsung. Bukan! Bukan tiket nonton konser Noah yang lagi naik daun itu. Ada bagian buku itu yang mau saya ceritain sama kalian. Jadi, dalem buku itu, di bagian dua, dijelasin cara sederhana untuk membuat kesan pertama yang baik. Gimana caranya? Saya mau ngutip dulu sebuah iklan toserba di New York saat Natal, yang dicantumin di buku.

NILAI SEBUAH SENYUMAN DI HARI NATAL

Dia tidak meminta bayaran, namun menciptakan banyak.
Dia memperkaya yang menerimanya, tanpa membuat melarat mereka yang memberikannya.
Dia terjadi hanya sekejap, namun kenangan tentangnya kadang-kadang bertahan selamanya.
Tak seorang pun yang meskipun begitu kaya mampu bertahan tanpa dia, dan tak seorang pun yang begitu miskin tetapi menjadi lebih kaya karena manfaatnya.
Dia menciptakan kebahagiaan di rumah, mendukung niat baik dalam bisnis, dan merupakan tanda balasan dari kawan-kawan.
Dia memberi istirahat untuk rasa letih, sinar terang untuk rasa putus asa, sinar mentari bagi kesedihan, dan penangkal Alam untuk kesulitan.
Dan apabila pada menit terakhir kesibukan Natal di mana sebagian pelayan penjual kami menjadi terlalu lelah untuk memberi Anda senyuman, bolehkah kami minta Anda meninggalkan seulas senyuman Anda?
Karena tak seorang pun yang begitu lebih membutuhkan senyuman daripada mereka yang tidak punya lagi yang tersisa untuk diberikan! 

Ya! Wanita secantik apapun, dengan pakaian yang mewah dan perhiasan yang indah sekalipun, ga akan pernah enak diliat kalo dia ga senyum. Tau ga sih lo? Perbuatan kita bisa bicara lebih banyak daripada kata-kata yang kita ucapin. Seulas senyum bisa bilang, "Saya suka Anda. Anda membuat saya bahagia. Saya senang bertemu Anda.".  Kesan itulah yang nyatanya bisa dibikin seekor anjing. Mereka nunjukin bahwa mereka seneng banget waktu ketemu majikannya, jadi ya wajar aja majikannya juga seneng waktu liat anjing itu. Kita harus seneng ketika ketemu temen kita, kalo berharap temen kita seneng saat ketemu kita kan.

Sekarang, pertanyaannya, senyum yang kaya gimana yang perlu kita tunjukin? Yang pasti bukan seringai sinis yang bisa nyakitin hati. Biar punya senyum terbaik, kita bisa belajar sama setiap manusia suci yang kita sebut bayi. Pernah ga kalian liat di tempat umum, seorang bayi tersenyum sama orang yang ga dikenalnya? Apa yang terjadi? Biasanya, orang yang diberi senyuman sama bayi tadi bakal senyum balik. Malahan, biasanya orang-orang di sekitar yang liat peristiwa tadi juga bakal ikut senyum. Kok bisa? Jawabannya karena si bayi ngasih senyuman yang tulus. Ga ada niat buruk apalagi godain orang lewat. Senyuman yang tulus, yang lahir dari hati dan bukan dari bibir, bisa menyebarkan energi positif yang kita miliki. Ga cuma bayi ko yang bisa ngelakuinnya. Kita juga pasti pernah mendapatkan balasan senyum ketika kita dengan ramah tersenyum pada kasir di supermarket, ibu-ibu di dalam angkot, tukang parkir, atau temen kita sendiri. Jangan  takut senyum kita disalahartiin. Toh senyuman tulus ga mungkin berarti maksud buruk. Buktinya, ga pernah ada kan kasus bayi digebukin gara-gara senyum ke cewe yang lagi pacaran sama cowonya. Kecuali sama banci sih, hati-hati dan harus kuat mental aja. Kalo kita senyumin dia, bisa-bisa kita dikedipin deh sama tuh banci.

Saya bakal setuju ko kalo kamu bilang, "Kita kan ga bisa senyum terus-terusan. Kaya orang gila aja senyum-senyum sendiri.". Kadang-kadang, emang susah bikin senyum yang tulus, yang berisi pesan bahagia di wajah kita. Tapi tadi pagi, Abe Lincoln, (itu loh, yang pernah jadi presiden Amerika) dateng ke kosan saya tiba-tiba. Terus dia ngomong gini, "Man, kebanyakan orang dapat merasa bahagia seperti yang mereka pikirkan.". Wih! kaget juga saya liat dia. Terus saya mikir, bener juga tuh kata si Eb (panggilan akrab saya ke Lincoln) tentang bahagia. Buat ngasih senyum yang membahagiakan, kita juga harus bahagia dulu. Hal itu bisa kita lakuin dengan cara memikirkan hal-hal yang membuat kita bahagia. Inget ya, mikirin hal bahagia. Bukan ngelamjor alias ngelamun jorok. Abis gitu, si Eb permisi pamit persis sebelum saya ganti halaman buku.

Setelah itu, saya mikir bentar. Selama ini kalo kita lagi bete atau kesel, kita sering berharap lingkungan sekitar bisa bangkitin mood. Tapi ga jarang, lingkungan sekitar juga ternyata sama betenya sama kita. Mungkin seharusnya kita duluan lah yang memulai membangkitkan mood lingkungan kita dengan senyum kita. Karena tak seorang pun yang begitu lebih membutuhkan senyuman daripada mereka yang tidak punya lagi yang tersisa untuk diberikan! 

Nah, sekarang, kalo kamu masih bingung gimana cara sederhana untuk ngasih kesan pertama yang baik, mungkin satu kata di bawah ini bisa bantu kamu.

"Tersenyumlah"
:)




Ilman Dzikri

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: