Ketika Bunda Sakit

23:06 1 Comments

Assalamu'alaikum Warahmatullah..

Sudah lama tidak bisa menulis, atau tepatnya sulit menyempatkan menulis di sela-sela ke-sok-sibuk-an saya di kehidupan kuliah ini. Padahal, semester ini menurut saya cukup santai dengan jadwal yang sangat menyenangkan. Jadwal kuliah hanya empat hari, Senin sampai Kamis, pukul 08.00 - 13.30. Anak SMA aja kayanya lebih sibuk dari saya. Entah kenapa, saya sedih banget semester ini bakal segera berakhir. Soalnya, setahu saya, setelah semester ini kehidupan akan semakin berat. Baiklah, kita cukupkan saja pendahuluannya. Mari masuk ke inti cerita.

Apa yang terpikir kalau mendengar seorang dokter sakit? Iya, dokter yang biasanya membantu orang sakit untuk sembuh, sekarang malahan sakit. Tapi, memang kenyataannya penyakit itu gak pilih-pilih orang. Siapa aja, termasuk Bunda yang seorang dokter sekalipun, bisa tertimpa penyakit. Bunda, seorang dokter spesialis saraf, master kesehatan, konsultan intensive care unit (ICU), didiagnosis memiliki tumor jinak di dalam kepalanya. Kronologisnya dimulai bulan Maret kemarin, saat Bunda akan pergi ke Belgia untuk ikut simposium penyakit saraf internasional. Sebelum berangkat, Bunda merasa pandangannya agak kabur disertai gangguan keseimbangan tubuh. Kemudian, Bunda disarankan untuk cek medis oleh rekan sesama dokter. Awalnya Bunda ragu, tapi kemudian mengikuti saran tersebut. Dari hasil tes, muncul dugaan adanya jaringan tidak normal yang tumbuh di dekat otak dan menekan saraf penglihatan. Setelah pulang dari Belgia, serangkaian tes kemudian dilakukan untuk menindaklanjuti diagnosis sebelumnya. Hasilnya, diagnosis merujuk pada keberadaan tumor yang berbentuk kista (kantung) di bagian kepala depan (frontal). Bagian yang lucu di bagian ini adalah bahwa diagnosis dilakukan bersama oleh Bunda dan dokter lainnya. Soalnya, otak itu kan organ saraf dan masuk spesialisasinya Bunda. Jadi, seakan-akan Bunda sedang mendiagnosa orang lain, padahal objek diagnosanya badan sendiri. 

Bulan April, persiapan operasi dari udah selesai. Bunda memilih operasi di Jakarta, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dokter spesialis bedah saraf yang menangani Bunda adalah dr. Setyo Widi Nugroho, Sp.BS. Beliau adalah ahli bedah saraf senior sekaligus senior Bunda waktu kuliah di Unpad. Jam terbangnya juga udah banyak. Entah sudah berapa banyak kepala yang beliau bongkar dan tumor yang beliau angkat selama menjadi dokter. Hari Selasa sore, 8 April 2014, Bunda dioperasi. Operasi ini berlangsung cukup lama, kurang lebih tujuh jam dari rencana semula hanya 4 jam. Itu karena sempat terjadi perdarahan dan karena operasi dilakukan dengan alat, bukan dengan kraniotomi yang membuka tulang tengkorak, dokter butuh waktu lama menghentikannya. Hasil operasinya alhamdulillah baik.

-bersambung-

Ilman Dzikri

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

1 comment:

  1. Assalamu'alaikum,,trus gimana kondisi kesehatan bunda nya skrg? sdh 4 tahun berlalu ya,,

    ReplyDelete